GROBOGAN, Posviral.com – Sonto (62) warga Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah kehilangan cucunya yang mengidap HIV/AIDS berinisial AD (10). Kepergian bocah SD tersebut meninggalkan rasa duka mendalam karena satu keluarga anaknya tak bisa diselamatkan akibat penyakit HIV/AIDS.
Pak Tho-sapaan akrab ayah dua anak ini menjelaskan, sebelum meninggal cucunya sudah jarang mau mengonsumsi obat untuk mencegah berkembangnya penyakit mematikan tersebut.
Baca Juga
Awal 2024, Sudah Puluhan Orang di Bangka Barat Terjangkit HIV dan AIDS
“Saya ingat betul, sebelum meninggal saya dan cucu pergi ke Kota Salatiga menebus obat. Tapi selama sebulan, obatnya jarang dikonsumsi cucu saya sampai akhirnya meninggal dunia beberapa waktu lalu,” ujarnya, Jumat (26/4/2024).
Sebelum sang cucu meninggal, anak perempuan semata wayangnya yang merupakan ibu AD lebih dahulu berpulang 3 tahun lalu.
Baca Juga
Pengidap HIV di Jakarta Bertambah Diperkirakan Mencapai 81.799 Orang
Pak Tho lalu menceritakan usai acara 1.000 hari anaknya, cucunya menyebutkan ingin pulang melihat sang ibu. Sampai beberapa waktu kemudian, sang cucu menyusul ayah dan ibunya yang meninggal terlebih dahulu.
“Ya saya sudah minta dan rayu ke cucu sebelum meninggal agar berolahraga, minum obat hingga makan banyak. Tapi anak-anak ya seperti itu lebih ngeyel,” katanya.
Baca Juga
Dinkes Sumsel Catat 689 Orang Terinfeksi HIV/AIDS, Terbanyak di Palembang
Sementara menurut salah seorang pengidap ODHA, Yuli mengatakan ada ribuan pengidap ODHA di Kabupaten Grobogan. Namun banyak yang enggan terbuka dan bahkan menebus obat dari pemerintah. Tertutupnya pengidap ODHA berbahaya karena bisa menularkan virus melalui luka, darah dan atau hubungan badan.
Padahal baginya, sebagai penyandang ODA tidaklah berat jika masyarakat mengetahui kondisinya. Bahkan yang melaporkan diri sebagai pengidap ODHA dan menebus obat hanya ratusan orang.
Baca Juga
Ngeri, 110 Warga Kolaka Positif HIV-AIDS
“Enggak kalau saya (dihujat atau dikucilkan). Saya malah sering jadi narasumber dan saya rasa masyarakat peduli dengan orang seperti saya (penyandang ODHA),” ucap Yuli.
Editor: Donald Karouw