KEPAHIANG.PROGRES.ID – Debat perdana calon presiden (capres) 2024 telah usai pada awal pekan ini. Namun, secuil prediksi mengemuka bahwa debat capres mungkin tidak memiliki dampak signifikan dalam mengubah pilihan warga negara terhadap calon presiden yang mereka dukung.
LSI Denny JA, lembaga riset yang tak kenal lelah, telah melakukan kajian mendalam dengan mengumpulkan responden melalui Center of attention Staff Dialogue (FGD) untuk menggali lebih dalam mengenai fenomena ini.
Responden dibagi menjadi empat kelompok dan ditempatkan di empat ruangan terpisah. Kelompok pertama beranggotakan mereka yang telah menyatakan mendukung Ganjar. Kelompok kedua adalah para penganut Anies. Sementara itu, kelompok ketiga terdiri dari pendukung Prabowo. Di ruangan terpisah lagi, hadir kelompok keempat yang belum memutuskan pilihan capres mana yang akan mereka dukung sebelum menonton debat.
Keempat kelompok tersebut kemudian ditempatkan dalam dua kategori, yakni pemilih dengan ekonomi dan pendidikan menengah ke atas, serta pemilih dari kalangan wong cilik dengan ekonomi dan pendidikan menengah ke bawah.
Selama empat jam, tim riset Denny JA melakukan observasi paralel terhadap keempat kelompok tersebut. Dalam dua jam pertama, mereka menonton debat capres perdana selama 2 jam secara utuh. Selanjutnya, pada dua jam berikutnya, responden dieksplor untuk mengidentifikasi pilihan dan perubahan yang mungkin terjadi.
Hasil FGD mengungkapkan tiga temuan penting. Pertama, mereka yang sudah memilih capres cenderung menyatakan bahwa capres pilihannya yang menang dalam debat capres. Hal ini merata di tiga kelompok, di mana pendukung Anies mengklaim Anies sebagai pemenang, begitu pula dengan pendukung Ganjar dan Prabowo.
Kedua, setelah menonton debat secara menyeluruh, responden dalam ketiga kelompok tersebut menyatakan bahwa mereka tidak akan mengubah pilihan capresnya. Pemilih yang sudah memilih Anies, Prabowo, dan Ganjar sebelum debat tetap konsisten dengan pilihan mereka setelah menyaksikan debat.
Namun, temuan ketiga menunjukkan perbedaan di kelompok keempat, yaitu responden yang belum menentukan pilihan capresnya. Setelah menonton debat, mereka menyatakan akan mempertimbangkan untuk mengubah pilihan mereka. Dari yang belum memilih, mereka cenderung menuju kepada pemilihan capres tertentu. Namun, capres mana yang dipilih masih menjadi tanda tanya, dan mereka berencana untuk menonton debat selanjutnya sebelum membuat keputusan akhir.
Temuan ini memperkuat hasil riset sebelumnya yang menunjukkan bahwa debat capres jarang menjadi faktor penentu perubahan pilihan pemilih. Meskipun debat capres di televisi telah menjadi bagian dari dinamika politik selama 63 tahun, dampaknya terhadap perilaku pemilih ternyata tidak selalu signifikan.
Sebagai catatan, Gallup Ballot juga menemukan bahwa kasus di mana debat capres menjadi perubahan mendasar dalam pilihan pemilih sangat jarang terjadi. Sebuah survei nasional yang dilakukan oleh LSI Denny JA pada 2019 menyimpulkan bahwa efek debat capres terhadap perubahan pilihan warga negara sangat terbatas, hanya sekitar 2,9%.
Dengan demikian, sementara debat capres menjadi momen penting dalam proses pemilihan, tampaknya tidak banyak merubah pilihan yang sudah bulat dihati para pemilih. Mungkin, debat selanjutnya akan memberikan lebih banyak informasi dan wawasan yang dapat memengaruhi mereka yang masih berada dalam ambang keputusan.