Diseminasi Konten Positif, Masyarakat Harus Mewaspadai Antraks

antraks

SLEMAN—Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY menggelar Podcast Desiminasi Konten Positif dengan mengangkat beragam tema yang dekat dengan masyarakat Jogja.

Dalam podcast yang digelar di Warung Sego Welut, Godean, Kamis (4/4/2024), Diskominfo mengusung tema Waspada Antraks. Melalui tema ini, diharapkan masyarakat mampu mengetahui seluk beluk penyakit antraks beserta cara pencegahannya.

Sejumlah narasumber dihadirkan dalam agenda ini, di antaranya Anggota Komisi A DPRD DIY, Yuni Satia Rahayu; Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Profesor Agnesia Endang Tri Hastuti; dan Dosen Fakultas Kedokteran kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Citra Indriani. Ketiganya membagikan beragam pengetahuan dan pengalaman menghadapi penyakit antraks.

Dari aspek kesehatan, Citra Indriani menjelaskan ada beberapa tipe antraks yang bisa diderita oleh manusia. Antraks tipe kulit dan antraks gastrointestinal menjadi dua tipe antraks yang paling sering dijumpai. “Antraks tipe ketiga saluran napas ini sangat jarang terjadi, karena biasanya terjadi hanya pada situasi khusus,” kata Citra.

Antraks tipe kulit sering terjadi lantaran kontak manusia dengan spora antraks. Dalam kasus ini, spora antraks kontak pada kulit manusia yang terbuka.

“Kalau kulit yang utuh, ketika terjadi kontak dengan spora atau bakteri, maka tidak akan terjadi luka,” ujarnya.

Tetapi kalau kontak dengan kulit yang tidak utuh, seperti kulit yang lecet, maka paparan spora antraks dapat masuk. Apalagi bila orang yang kontak merupakan penjagal atau penyembelih sapi antraks yang memiliki tingkat kontak yang tinggi dengan darah sapi. “Jumlah bakteri di dalam darah sangat banyak, sehingga saat hewan terinfeksi antraks disembelih, maka bakterinya bisa berkontak dengan manusia,” katanya.

BACA JUGA: Ada Tiga Jalur Rawan Kecelakaan di DIY, Bus Hanya Boleh Menanjak

Untuk tipe antraks gastrointestinal atau saluran pencernaan, antraks ini menyerang orang yang mengonsumsi daging hewan yang terkontaminasi spora maupun bakteri antraks. “Bagaimana cara mencegahnya? ya hindari paparannya dan hindari mengonsumsi daging yang terkontaminasi antraks dan spora antraks,” katanya.

Dosen FKH UGM, Profesor Agnesia Endang Tri Hastuti mengungkapkan penyakit antraks bisa menyerang berbagai jenis hewan, mulai dari sapi, kambing, domba, babi, kuda, anjing hingga kucing, meski tingkat kerentanannya berbeda-beda. Hewan yang terpapar antraks bisa diamati dari sejumlah ciri, misalnya demam, keluar darah dari anus atau hidung.

“Gejala lainnya, gangguan napas, tidak mau makan dan beberapa saat kemudian dia bisa mati. Itu tanda-tanda pada sapi, kambing maupun domba,” katanya.

Anggota Komisi A DPRD DIY, Yuni Satia Rahayu, menilai perlu ada penganggaran dan kebijakan untuk menangani permasalahan antraks.

“Kami mendorong agar instansi terkait selalu berkoordinasi, seperti yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul yang sering kali ada hambatan masalah koordinasi. Kami juga mendorong pemda DIY untuk aktif mencegah agar persebaran antraks tidak semakin meluas,” katanya. (***)

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *