Terkini, Makassar — Kehadiran PSM Makassar di Liga 1 musim ini terasa seperti sebuah drama tanpa ujung. Mereka, yang sebelumnya menyandang status juara bertahan, kini harus menelan pil pahit dengan finis di posisi ke-11 pada akhir babak reguler.
Performa yang mengecewakan itu bukan semata-mata karena kelemahan taktik atau kualitas pemain, melainkan krisis finansial yang mengguncang kestabilan tim.
Dalam gelaran Liga 1 2023-2024, PSM Makassar memulai musim dengan penuh harapan, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka seperti kehabisan bensin. Awalnya, mereka tampil meyakinkan, namun masuk pertengahan musim, performa mereka merosot tajam.
Jauh dari bersaing merebut gelar, mereka bahkan kesulitan untuk menembus empat besar dan terpaksa berjuang di papan tengah klasemen.
Hasil akhir yang mengecewakan itu terlihat dari catatan permainan mereka. Dari 34 pertandingan, mereka hanya mampu meraih 11 kemenangan, 11 hasil imbang, dan 12 kekalahan.
Jumlah gol yang dicetak sebanyak 44 tidak cukup untuk mengimbangi 39 gol yang mereka kebobolan.
Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, mengungkapkan bahwa inkonsistensi performa timnya sepanjang musim tak lepas dari kondisi internal yang bergejolak. Salah satu masalah utamanya adalah keterlambatan pembayaran gaji bagi para pemain, termasuk pemain kunci seperti Yakob Sayuri.
Gelagat tersebut sudah terlihat sejak awal musim, terutama setelah kepergian beberapa pilar penting seperti Ramadan Sananta.
Tavares juga menyoroti pentingnya dukungan finansial bagi keberlangsungan tim. Tanpa bantuan sponsor yang memadai, sulit bagi mereka untuk menjalani kompetisi dengan baik, terutama di level domestik dan internasional.
Namun, situasi kelam ini belum berakhir. Tavares mengisyaratkan kemungkinan akan terjadi perombakan besar-besaran di skuad PSM untuk musim depan. Hal ini bisa berimbas pada kepergian pemain-pemain kunci yang selama ini menjadi tulang punggung tim.
Manajemen PSM diharapkan dapat merespons cepat terhadap situasi ini. Dengan persaingan yang semakin ketat di musim mendatang, kesiapan tim menjadi krusial.
Keterlambatan dalam merespons masalah ini bisa berdampak buruk pada performa tim, dan mengancam eksistensi mereka di papan atas Liga 1.