JAKARTA – Tiada yang meragukan masifnya pembangunan era Orde Baru (Orba). Segala macam proyek mampu dicanangkan. Proyek pembangunan jalan tol Bogor-Ciawi, dan Sukabumi (Bocimi) jadi salah satu di antaranya.
Alih-alih berjalan lancar, pembangun Tol Bocimi justru mangkrak. Krisis ekonomi ada di baliknya. Namun, Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) datang jadi juru selamat. Proyek yang telah lama mangkrak itu bak dihidupkan kembali. Bahkan, Tol Bocimi dijadikan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Narasi pembangunan tol dapat mendatangkan keuntungan melimpah bukan pepesan kosong belaka. Kehadiran jalan tol dapat mempersingkat akses jarak dan waktu dari dan ke suatu kawasan. Keungulan itu digadang-gadang mampu membuat pertumbuhan ekonomi ke banyak kawasan meningkat.
Soeharto dan Pemerintah Orde Baru (Orba) memahami benar hal itu. Mereka kemudian menjadikan proyek pembangunan tol difokuskan. Orba lalu mencanangkan kehadiran Tol Bocimi pada 1997. Segala daya upaya pun dilakukan supaya pembangunan tol lancar.
Masalah muncul. Kehadiran krisis ekonomi bawa petaka. Orba tak lagi punya kuasa melanjutkan proyek Tol Bocimi. Kuasa Orba berada di ujung tanduk jadi muaranya. Soeharto dan Orba pun lengser pada 1998. Kondisi itu membuat proyek Bocimi jadi mangkrak.
Penerus Soeharto justru masih sibuk mengembalikan gejolak sehabis krisis ekonomi. Niatan melanjutkan proyek Tol Bocimi baru hadir kembali pada 2007. Kala itu tanda tangan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) sudah berada di Konsorsium Bukaka Teknik Utama.
Perjanjian itu tak serta merta membuat pembangunan jalan tol segera dijalankan. Peletakan batu pertama (groundbreaking) justru baru terlaksana pada 2011. Pembangunan pun mangkrak lagi dan bergonta-ganti investor, dari berada di tangan PT Bakrie Toll Road hingga anak usaha BUMN, Waskita Karya.
Upaya ambil alih proyek itu dilakukan sebagai bentuk keseriusan pemerintahan Jokowi dalam pembangunan. Jokowi paham benar jika perusahaan swasta tak sanggup lagi melakukan pembangunan. Waskita Karya segera melakukan peletakan batu pertama kembali pada 2015.
Tol Bocimi yang memiliki panjang 54 kilometer akan dibagi dalam empat seksi. Seksi I Ciawi-Cigombong, Seksi II Cigombong-Cibadak, Seksi III Cibadak-Sukabumi, Seksi IV Sukabumi Barat-Sukabumi Timur.
“Dari total 54 kilometer tol Bocimi ini, ini yang di seksi I sepanjang 15 kilometer progresnya tidak ada masalah, pembebasan (tanah) sudah beres semua, konstruksi juga terus, tidak ada masalah. Saya kira di sini progresnya bagus. Enggak, enggak ada molor. Tidak ada molor. Tidak ada. Tahun ini.”
“Ini kita kebut-kebutan terus. Kita harus ngerti, ini sudah 1997 dimulai, sudah sejak 1997 ini dimulai. Selalu kalau di lapangan yang saya tanyakan kepada manajer yang ada di lapangan apa masalahnya apa. (Dijawab) Enggak ada, berarti sudah sesuai dengan progres yang ada,” terang Jokowi sebagaimana dikutip Setkab 21 Juni 2017.
Kebut Pembangunan
Presiden Jokowi menganggap penting pembangunan Tol Bocimi. Ia memandang kehadiran tol dapat memancing gairah pertumbuhan ekonomi. Pun kehadiran Tol Bocimi sangat penting untuk menghilangkan kemacetan di perlintasan Bogor-Sukabumi.
Jokowi bahkan berkali-kali mengujungi pembangunan Tol sedari 2016. Ia meminta Waskita untuk melanjutkan terus pembangunan Tol. Jokowi sampai menolak ketika Waskita menyampaikan target Tol Bocimi rampung pada 2019. Ia meminta tol itu minimal Seksi I kelar pada 2018.
Pucuk dicinta ulam tiba. Pembangunan Tol Bocimi Seksi I Ciawi-Cigombong rangkum. Jokowi pun meresmikannya pada 1 Desember 2018. Jokowi berharap rangkumnya Seksi I Tol Bocimi dapat jadi ikhtiar pemerintah untuk merangkumkan seksi lainnya.
Ikhtiar itu ditambah Jokowi dengan menjadi Tol Bocimi sebagai PSN pada 2021. Semua itu dilakukan supaya perkembangan ekonomi di Sukabumi meningkat. Utamanya, dari segi pariwisata.
Seksi II pun baru rampung dan diresmikan oleh Jokowi pada 4 Agustus 2023. Sisanya Seksi III (rencananya akan diresmikan pada pertengahan tahun 2024) dan Seksi IV akan dirampungkan pada tahun berikutnya. Masalah muncul. Jalan Tol Bocimi Seksi II amblas pada April 2024.
Tepatnya terjadi Longsor pada badan jalan Tol Bocimi Seksi Dua di KM 64. Padahal, tol tersebut belum genap setahun diresmikan. Amblasnya Tol Bocimi Seksi II jadi pekerjaan rumah yang harus segera jadi perhatian pemerintah Jokowi.
“Dengan dibangunnya Jalan Tol Bocimi, maka waktu tempuh Sukabumi-Jakarta yang sebelumnya sekitar tujuh jam, pada saat liburan atau akhir pekan, kini bisa ditempuh dalam waktu empat jam saja. Efisiensi waktu ini memberikan kesempatan bagi pengusaha angkutan untuk bisa mengangkut barang dan jasa lebih cepat, lebih banyak frekuensinya, hingga memberikan keuntungan.”
“Orang-orang pun terpacu untuk lebih produktif, karena mereka bisa melakukan usaha dua kali lebih keras. Waktu yang terpangkas itu adalah sinyal untuk menambah keuntungan. Di samping itu, paradigma sosial juga akan berubah. Segala sesuatu yang awalnya terhambat gara-gara tujuh jam perjalanan lamanya sekarang menjadi lebih mungkin diwujudkan,” terang Darmawan Prasodjo dalam buku Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia (2021).