Posviral.com, Jakarta – Santorini di Yunani dipadati wisatawan. Berbekal tongkat selfie dan ponsel, mereka menantang teriknya siang hari untuk menemukan tempat yang bagus di Posviral.com rumah-rumah bercat putih dan gereja-gereja berkubah biru untuk menyaksikan matahari terbenam.
Para wisatawan itu rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan pemandangan impian. Saat matahari terbenam, jumlah mereka bertambah berdesakan di sepanjang sisi tebing atau ke balkon, dengan kamera siap sedia.
“Ini telah menjadi impian saya sejak sekolah menengah,” kata turis Amerika Maria Tavarez, 40 tahun, seperti dikutip Reuters, Sabtu, 27 Juli 2024.
Disrusak Pariwisata Massal
Santorini adalah impian banyak orang seperti Maria. Namun, bagi sebagian besar dari 20.000 penduduk tetap Santorini, pulau yang dulunya indah dengan desa-desa kuno dan pantai-pantai yang masih asli itu telah berubah, dirusak oleh pariwisata massal.
Santorini menjadi salah satu contoh paling mencolok tentang bagaimana gelombang wisatawan dapat memengaruhi suatu tempat. Hal itu juga terjadi di banyak destinasi lain di dunia. Protes terhadap pariwisata yang berlebihan atau overtourism pun meletus banyak destinasi liburan populer, termasuk Venesia dan Barcelona.
Pihak berwenang Santorini menjadi salah satu yang menyerukan pembatasan jumlah pengunjung.
Usulan Pembatasan Wisatawan
Meningkatnya jumlah wisatawan asing, sekitar 3,4 juta orang mengunjungi pulau tersebut tahun lalu, menurut walikota Nikos Zorzos memberikan tekanan pada infrastrukturnya yang sudah ketinggalan zaman dan membuat penduduk pulau tersebut tidak mampu membeli rumah.
Zorzos mengatakan bahwa ia sudah bertahun-tahun meminta pihak berwenang untuk tidak mengizinkan tempat menginap tambahan di pulau tersebut. Dia juga telah mengusulkan pembatasan jumlah pengunjung kapal pesiar menjadi 8.000 orang per hari, turun dari sekitar 17.000 orang.
Iklan
“Adalah kepentingan terbaik bagi tanah kami untuk membatasi jumlah pengunjung,” katanya.
Santorini Berubah jadi Monster
Bukan hanya penduduk, pemilik bisnis yang diuntungkan oleh pariwisata pun merasa khawatir. “Standar hidup kami telah menurun. Sesederhana itu,” kata Georgios Damigos, yang mengelola hotel dengan 14 kamar yang dibuka orang tuanya pada 1980-an. “Santorini adalah keajaiban alam yang berisiko berubah menjadi monster,” katanya.
Sebagian penduduk Santorini sebenarnya tidak keberatan atas pariwisata karena itu menguntungkan. Namun, menurut Alexandros Pelekanos, wakil presiden asosiasi perdagangan induk pulau tersebut, akan lebih baik lagi jika ada perencanaan dan infrastruktur.
“Apakah kita menginginkan uang atau tidak? Apakah kita menginginkan pekerjaan dan pendapatan atau tidak?” katanya. “Anda tidak dapat memiliki kedamaian dan ketenangan serta menghasilkan uang.”
REUTERS | HINDUSTAN TIMES