Percepatan teknologi mengubah nyaris segala hal menjadi serba digital. Bahkan era digitalisasi makin berkembang dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI). Sejak OpenAI merilis ChatGPT pada November 2022, teknologi AI makin gencar dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, keberadaan AI juga membawa kecemasan terkait dampak negatif yang ditimbulkan bagi umat manusia. Kekhawatiran soal AI berkutat pada kemampuannya mereproduksi konten hoaks yang bisa menyebabkan perpecahan. Selain itu, kemampuannya mengembangkan senjata canggih untuk perang militer.
Tak sampai di situ, manusia juga khawatir AI bisa menggantikan banyak pekerjaan dan membuat banyak orang menganggur.
Banyak raksasa teknologi yang mulai menggunakan AI untuk menggantikan peran manusia. Misalnya saja Google yang baru-baru ini melakukan PHK di tim sales iklan.
Reuters melaporkan bahwa gelombang PHK di perusahaan terknologi terjadi seiring dengan upaya mengurangi beban kerja karyawan lewat adopsi AI dan otomatisasi.
IBM dan BT Group juga menyebut-nyebut soal AI ketika mengumumkan PHK baru-baru ini.
Menurut studi Goldman Sachs, AI bisa berdampak pada 300 juta pekerjaan di seluruh dunia. Hal ini bisa menyebabkan disrupsi yang signifikan pada bursa kerja.
Pada 2030 mendatang, diprediksi lebih dari 12 juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) akan punah dan berganti dengan permintan pekerjaan baru, menurut analisis McKinsey.
Business Insider mengobrol dengan beberapa pakar untuk mengumpulkan daftar pekerjaan yang disebut paling berisiko dan duluan digantikan oleh AI. Berikut dirangkum CNBC Indonesia, Rabu (17/1/2023)
Pekerja Teknologi (programmer, software engineer, data analyst, koder)
Programmer dan koder adalah pekerjaan yang saat ini sedang ‘seksi’ dan banyak diincar. Namun, pakar menilai ChatGPT dan tool AI lainnya dengan mudah bisa mengisi kebutuhan tersebut di masa depan.
Pasalnya, AI seperti ChatGPT sangat baik dalam mengelola dan menganalisa angka. Bahkan, jika terus dilatih, akurasinya diprediksi akan lebih tinggi ketimbang manusia.
Teknologi AI yang canggih bisa menghasilkan pengkodean lebih cepat ketimbang manusia. artinya, satu pekerjaan yang diselesaikan oleh beberapa karyawan bisa digantikan dengan satu tool AI.
“Pekerjaan yang saat ini membutuhkan tim pengembang developer, nantinya hanya butuh satu orang saja,” kata Mark Muro, Senior di Brookings Institute.
Pekerja Media (iklan, kreator konten, penulis teknis, jurnalis)
Pekerja media menjadi salah satu sektor yang diprediksi akan terdampak oleh AI. Sebab, AI bisa membaca, menulis, dan memahami data berbasis teks dengan sangat baik.
“Menganalisa dan mengintrepretasi banyak bahasa data dan informasi adalah kemampuan yang akan dikuasai penuh oleh AI,” kata Anu Madgavkar, partner di McKinsey Global Institute.
Beberapa industri media sudah mulai bereksperimen dengan konten buatan AI. Misalnya saja CNET yang menggunakan AI untuk menulis artikel. Meski demikian, media tersebut masih harus mengoreksi beberapa artikel tersebut.
BuzzFeed juga menggunakan teknologi berbasis AI untuk menghasilkan konten seperti kuis dan pemandu wisata.
Pekerja Legal (paralegal, asisten legal)
Menurut laporan March Goldman Sachs, pekerja legal di AS bisa terkena dampak penerapan AI. Salah seorang penulis laporan tersebut, Manav Raj, mengatakan bahwa pekerjaan layanan legal saat ini sudah banyak yang terekspor dengan otomatisasi AI, bahkan sebelum teknologi itu berkembang lebih maju.
Seperti pekerja media, pekerjaan di industri legal seperti paralegal dan asisten legal bertanggung jawab mengelola informasi dalam jumlah yang banyak. Lalu, mereka akan menganalisanya untuk menghasilkan opini. Hal ini akan mudah digantikan oleh AI.
Market Research Analyst
Muro mengatakan AI sangat baik dalam menganalisa data dan memprediksi hasil di masa depan. Untuk itu, market research analyst juga menjadi salah satu pekerjaan yang bisa tumbang gara-gara AI.
Guru
Banyak guru yang khawatir murid-murid mereka menggunakan ChatGPT untuk menyontek dan membuat pekerjaan rumah. Namun, menurut Pengcheng Shi, asisten dekan departemen ilmu komputer dan informasi di Rochester Institute of Technology, guru harusnya lebih berpikir soal pekerjaan mereka.
“ChatGPT dengan mudah bisa mengajar di kelas,” kata Shi pada New York Post.
“Meski masih banyak bug dan tak akurat dalam ilmu pengetahuan, namun ChatGPT akan dengan cepat meningkat,” kata dia.
Pekerjaan Keuangan (analis keuangan, penasihat keuangan pribadi)
Seperti market research analyst, analis keuangan dan penasihat keuangan personal yang berkecimpung pada pengelolaan data, bisa berdampak dengan kemunculan AI.
“AI bisa mengidentifikasi tren di pasar, melihat hal-hal penting di investasi dan portofolio, sehingga tahu mana yang berperforma buruk dan baik. AI juga bisa mengkomunikasikan itu semua, lalu menggabungkan banyak data untuk memberikan hasil analisis dan opini,” kata Muro.
Trader
Pakar mengatakan ChatGPT bisa menggantikan banyak pekerjaan di industri Wall Street, mulai dari trading hingga bank investasi.
“ChatGPT akan mengotomatisasi beberapa pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh pekerja bergaji tinggi,” kata partner di KPMG Dylan Roberts.
Graphic Designer
Dalam laporan Harvard Business Review yang dipublikasikan pada Desember 2022, tiga progesor menyebut DALL-E yang merupakan tool AI pengelola gambar, bisa berdampak pada industri graphic design.
“Menurut saya, tool ini bukan soal otomatisasi, namun tentang demokratisasi dan kompetisi. Bisa jadi hal ini akan menurunkan gaji untuk orang-orang yang berprofesi di sektor design,” kata dia.
Akuntan
Akuntan selama ini dipandang sebagai profesi yang stabil. Namun, orang-orang di dalamnya berisiko akan digantikan oleh AI. Menurut Brett Caraway, associate professor di Institute of Communication, Culture, Information and Technology di University of Toronto, teknologi belum akan membuat semua orang nganggur, tetapi ada beberapa yang berisiko.
Ia mengatakan pekerjaan-pekerjaan intelektual bisa jadi salah satu sasaran utama AI.
“Bisa jadi pengacara dan akuntan,” kata dia.
Customer Service
Saat ini ada beberapa perusahaan yang mengandalkan chatbot atau robot untuk menjawab klien mereka. ChatGPT dan teknologi canggih lainnya akan melanjutkan tren ini.
Pada 2022, studi dari perusahaan riset Gartner memprediksi chatbot akan jadi saluran utama customer service di 25% perusahaan pada 2027 mendatang.