JAKARTA – Duta Besar Rusia di Washington Anatoly Antonov mengatakan larangan Amerika Serikat terhadap perdagangan aluminium, tembaga dan nikel Rusia adalah langkah yang tidak dapat dibenarkan dan bersifat politis.
“Larangan ketat yang diumumkan terhadap perdagangan aluminium, tembaga, dan nikel Rusia adalah langkah lain yang tidak dapat dibenarkan dan dipolitisasi. Apalagi tindakan ini bukan sekadar ‘tembakan ke kaki’, tetapi tembakan membabi buta,” kata Antonov seperti dilansir Posviral.com pada Sabtu.
Keputusan AS itu, kata dia, kemungkinan besar didasarkan pada perhitungan bahwa harga sumber daya alam tidak akan meroket di pasar AS.
Pemerintah AS bisa dengan mudah menciptakan ketidakseimbangan di pasar dunia dengan melibatkan negara-negara satelitnya dalam pemberian sanksi, katanya.
“Mereka (pemerintah AS) menggambarkan langkah-langkah tidak sah mereka sebagai bukti ‘kepemimpinan’ dalam menghalangi Rusia. Dan juga sebagai upaya untuk menghambat keberhasilan kami dalam operasi militer khusus (di Ukraina),” ujarnya.
Pernyataan Antonov itu muncul setelah Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS (OFAC) mengatakan dalam pemberitahuan pada Jumat (12/4) bahwa AS melarang impor aluminium, tembaga, dan nikel asal Rusia.
Namun, aturan baru tersebut tidak mencakup aluminium, tembaga, dan nikel asal Rusia yang diproduksi sebelum 13 April 2024.
Departemen Keuangan AS melalui siaran persnya pada Jumat mengatakan bahwa bursa logam London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME) dilarang menerima aluminium, tembaga, dan nikel produksi Rusia.
Di sisi lain, Inggris telah mengikuti langkah AS untuk memberikan sanksi terhadap Rusia terkait perdagangan logam, menurut pernyataan di situs web pemerintah Inggris.
LME dan CME tidak akan lagi memperdagangkan aluminium, tembaga, dan nikel baru yang diproduksi Rusia, menurut pernyataan itu.
Disebutkan pula bahwa tindakan Inggris dan AS itu tidak berlaku bagi stok logam Rusia yang ada di bursa.