JAKARTA – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji, Israel akan menyerang Rafah tanpa menghiraukan hasil perundingan gencatan senjata, saat berbicara dengan keluarga yang berduka dan kerabat para sandera yang menentang kesepakatan dengan Hamas sebelum kelompok militan itu digulingkan.
“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya bukanlah suatu pilihan,” kata PM Netanyahu, melansir The Times of Israel 30 April.
“Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana, baik ada kesepakatan atau tidak, untuk mencapai kemenangan total,” lanjutnya.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Perdana Menteri, pihak keluarga korban dan sandera mendesak PM Netanyahu dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi untuk melanjutkan perang, menolak tekanan internasional.
Diberitakan sebelumnya, media Israel mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan tentara Israel siap menginvasi Rafah di Jalur Gaza selatan dalam waktu 72 jam, jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai.
Situs berita Israel Ynet melaporkan, Kepala Staf militer Israel Letjen Herzi Halevi menyetujui rencana final serangan militer ke Rafah dengan rencana memindahkan warga sipil menuju wilayah di Jalur Gaza tengah.
Situs itu mengutip sumber tanpa menyebutkan nama, menjelaskan tank-tank tentara Israel dan pasukan telah bersiap di perbatasan Gaza, dan siap menunggu lampu hijau untuk menyerang.
Situs itu menambahkan, dalam 48 hingga 72 jam ke depan adalah waktu yang sangat penting dalam mencapai kesepakatan dengan kelompok Hamas atau memulai serangan terhadap Rafah.