Jakarta (Posviral.com) – Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu menilai peran Toyota global sebagai mitra dalam penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade 2024 menunjukkan keunggulan sebagai penyedia sarana mobilitas berkelanjutan dengan teknologi elektrifikasi kendaraannya.
Saat dihubungi Posviral.com dari Jakarta, Kamis, Yannes menyampaikan bahwa pabrikan otomotif asal Jepang tersebut telah melalui perjalanan panjang di dunia elektrifikasi kendaraan sehingga dipercaya untuk membantu menurunkan emisi gas rumah kaca oleh penyelenggara ajang olahraga dunia tersebut.
“Toyota telah berinvestasi dalam teknologi elektrifikasi sejak awal 1990-an serta terkenal sebagai pelopor teknologi hibrida melalui Toyota Prius dan pelopor dalam teknologi fuel cell electric vehicle (FCEV),” katanya.
“Lalu, dia berasal dari Jepang, salah satu anggota dari Kelompok Tujuh (G7), jadi sangat kuat, termasuk sisi sejarah,” ia menambahkan.
Olimpiade dan Paralimpiade 2024 di Paris, Prancis, juga memberikan kesempatan kepada pabrikan kendaraan untuk mendorong agenda penurunan emisi gas rumah kaca.
Toyota global menyediakan 3.374 unit kendaraan pendukung mobilitas berkelanjutan, termasuk 2.674 kendaraan elektrifikasi (xEV) dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), untuk mendukung penyelenggaraan ajang olahraga dunia tersebut.
Sekitar 60 persen armada yang disediakan Toyota untuk mendukung pelaksanaan Olimpiade dan Paralimpiade 2024 merupakan Battery Electric Vehicle (BEV) Toyota bZ4X, Proace, Proace Verso, Lexus RZ, serta FCEV Toyota Mirai yang menggunakan bahan bakar hidrogen.
“HEV Toyota saat ini masih bisa unggul dalam hal keandalan, efisiensi bahan bakar. Mereka menawarkan teknologi hybrid yang matang dan andal,” kata Yannes.
Selain laris manis di pasar global, produk Toyota pada semester pertama 2024 memimpin penjualan kendaraan elektrifikasi di pasar Indonesia.
Toyota selama kurun itu menjual 19.158 unit kendaraan secara whole sales dan menguasai lebih dari 45 persen pangsa pasar kendaraan elektrifikasi nasional dengan dukungan model HEV.
“Ini menunjukkan bahwa strategi mereka untuk fokus pada HEV sangat tepat, terutama di pasar yang masih dalam tahap awal adopsi BEV,” kata Yannes.
“Pelajaran yang patut dicontoh dari Toyota adalah meskipun BEV dipandang sebagai masa depan kendaraan ramah lingkungan, namun HEV mampu menawarkan solusi yang lebih realistis dan praktis bagi banyak konsumen di saat peralihan ini, terutama di pasar Indonesia, di mana infrastruktur BEV masih dalam tahap awal perkembangannya,” demikian Yannes Martinus Pasaribu.