“Kalau rekrutmen terbuka itu ada dua fungsi, yang pertama adalah fungsi internal, yaitu ingin menguji sejauh mana kader internal ini diadu dengan kader eksternal,” katanya di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan ada beberapa nama yang merupakan kader PDIP namun respon masyarakat terhadap nama-nama yang muncul tersebut belum terlalu kuat.
“Di sini PDIP melihat dan ingin mengadu apakah kandidat internalnya itu memang paling diunggulkan atau sebetulnya masih ada alternatif lain,” katanya.
Fungsi kedua, dikatakannya, adalah untuk mengukur ketertarikan pihak-pihak di luar partai politik.
“Rekrutmen itu menarik perhatian dan apakah ada partisipasi dari kalangan di luar kader PDIP, karena setiap ada kandidat dari luar kader kan pasti membawa sumber daya dan membawa jejaring suara dan jejaring relawan serta pendukung baru yang di luar PDIP,” katanya.
Terkait hal itu, salah satu nama yang juga masuk bursa Pilkada Surakarta Diah Warih Anjari menilai langkah yang diambil PDIP Surakarta tersebut merupakan langkah tepat dan strategis.
“Langkah tepat dan strategis yang diambil PDIP ini konkrit. Di kala partai lain masih berhitung, PDIP sudah bergerak lebih gesit, beberapa langkah lebih maju,” kata pendiri ormas GNesia tersebut.
Menurut dia, PDIP bisa melakukan apa saja dalam Pilkada Surakarta karena hingga saat ini masih mendominasi kepemilikan kursi di DPRD Kota Surakarta.
“PDIP memiliki 20 kursi di legislatif. Bila ingin memperkuat posisi, PDIP bisa berkoalisi dengan partai lain pemilik kursi, bahkan partai dari KIM (Koalisi Indonesia Maju). Ini yang menjadikan pilkada Solo menarik,” katanya.
Disinggung apakah dirinya tertarik untuk maju Pilkada Surakarta melalui PDIP, ia mengatakan masih menunggu petunjuk dan arahan sejumlah pihak.
“Terkait maju pilkada atau tidak, tentunya tidak bisa grusa-grusu dan kesusu (tergesa-gesa). Pasti kami harus mendengar masukan dari berbagai pihak dulu, baru bersikap. Pada prinsipnya saya siap, sudah siap lahir batin,” katanya.